Daftarlah sebagai ahli website ini di sini

17 May 2013

Riwayat Al-Bukhari (Dajjal)

Riwayat Al-Bukhari

001. Dari 'Aisyah r.ha : Rasulullah saw di dalam solat membaca do'a:

'ALLAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN 'ADZAABIL QABRI, WA A'UUDZU BIKA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAAL, WA A'UUDZU BIKA MIN FITNATIL MAHYAA WA FITNATIL MAMAAT. ALLAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MINAL MA'TSAMI WAL MAGHRAM

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنْ الْمَغْرَمِ

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masihid Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang).

Tiba-tiba ada seseorang berkata kepada beliau, "Kenapa tuan banyak meminta perlindungan dari hutang?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya seseorang apabila berhutang dia akan cenderung berkata dusta dan berjanji lalu mengingkarinya." [789]

Tambahan : Saat membacanya selepas tasyahud akhir dan sebelum salam.

002. Dari Anas bin Malik r.a : Nabi saw bersabda, "Tidak ada suatu negeri pun yang tidak akan dimasuki Dajjal kecuali Mekah dan Madinah, kerana tidak ada satu pintu masuk pun dari pintu-pintu gerbangnya kecuali ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Kemudian Madinah akan bergoncang sebanyak tiga kali sehingga Allah mengeluarkan orang-orang kafir dan munafik daripadanya". [1748]

003. Dari Abu Sa'id Al Khudriy r.a : Telah menceritakan kepada kami Rasulullah saw dengan pembicaraan yang panjang tentang Dajjal. Diantara yang Beliau ceritakan tentangnya adalah;

Beliau berkata: "Dajjal akan datang pada suatu tanah yang tandus di Madinah (untuk memasuki Madinah) padahal dia diharamkan untuk memasuki pintu-pintu gerbang Madinah.

Maka pada hari itu keluarlah seorang laki-laki yang merupakan manusia terbaik atau salah seorang dari manusia terbaik menghadangnya seraya berkata; Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang pernah diceritakan oleh Rasulullah saw.

Maka Dajjal berkata; Bagaimana sikap kalian jika aku membunuh orang ini lalu aku menghidupkannya kembali, apakah kalian masih meragukan kemampuanku?

Mereka menjawab: "Tidak". Maka Dajjal membunuh laki-laki terbaik itu lalu menghidupkannya kembali. Laki-laki itu berkata, ketika Dajjal menghidupkannya kembali; "Demi Allah, hari aku tidak akan lebih waspada kecuali terhadap diriku sendiri. Maka Dajjal berkata; "Aku akan membunuhnya lagi". Maka Dajjal tidak sanggup (tidak mampu) untuk menguasainya". [1749]

004. Ibnu 'Umar r.a berkata : "Kemudian Nabi saw berdiri di hadapan manusia, lalu memuji Allah yang Dia satu-satunya yang paling berhak dipuji kemudian Beliau menyebutkan masalah ad-Dajjal dan bersabda:

"Sungguh aku mengingatkan kalian tentangnya dan tidak ada seorang Nabi pun kecuali telah mengingatkan kaumnya tentang Dajjal itu. Sungguh Nabi Nuh 'Alaihissalam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang para Nabi (sebelumku) belum pernah mengatakannya, iaitu bahwa ad-Dajjal itu a'war (buta sebelah matanya) dan sesungguhnya Allah tidaklah buta sebelah". [2829]

005. Dari Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah saw bersabda, "Mahukah kalian aku ceritakan tentang ad-Dajjal yang belum pernah diceritakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, iaitu bahwa dia itu buta sebelah matanya dan dia datang dengan perumpamaan syurga dan neraka. Maka yang dikatakanya sebagai syurga sesungguhnya adalah nereka dan aku ceritakan kepada kalian sebagaimna Nabi Nuh Alaihissalam menceritakannya kepada kaumnya". [3090]

006. Dari Hudzaifah r.a berkata : "Sungguh aku pernah mendengar Beliau bersabda: "Dajjal keluar dengan membawa air dan api. Adapun apa yang dilihat manusia sebagai api sebenarnya adalah air yang dingin, dan yang dilihat manusia sebagai air sesungguhnya dia adalah api yang membakar. Maka siapa di antara kalian yang berjumpa dengannya hendaklah mengambil yang di tangannya yang nampak seperti api kerana itu adalah air yang segar lagi dingin".... [3194]

007. ....Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga ada dua kelompok yang saling berperang, ketika itu para korban yang terbunuh sangat banyak padahal keduanya mengaku satu agama (Islam) dan tidak akan terjadi hari kiamat hingga timbul para ‘dajjal pendusta’ yang jumlahnya hampir mendekati tiga puluh orang (dan) semuanya mengaku dirinya Rasul Allah". [3340]

008. ... Ibnu Abbas r.a mengatakan : "Sesungguhnya di antara kedua mata Dajjal tertulis "Kafir" (dalam hadis lain Kaf, Fa’ Ro’), Ibnu Abbas mengatakan; "Namun saya belum pernah mendengar beliau (secara langsung) mengatakan hal itu.... [5458]

009. Dari Anas r.a mengatakan : Nabi saw bersabda, "Tidaklah seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta sebelah dan pendusta, ketahuilah bahawasanya dajjal itu buta sebelah, sedang Rabb kalian tidak buta sebelah, tertulis diantara kedua matanya KAFIR (mata Dajjal)." [6598]

Tambahan : Hadis ini membenarkan kata-kata Ibnu Abbas r.a pada hadis nombor 008.

010. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Jalan-jalan Madinah dijaga oleh para malaikat, sehingga kota itu tidak akan dimasuki wabak taun ataupun dajjal." [6600]

ADMIN: KAI

Muafakat Asas Perpaduan Ummah.

Peristiwa Akhir Zaman

Peristiwa Akhir Zaman

001. Dari Irbadh bin Sariyah r.a, katanya : Telah menasihati kami oleh Rasulullah saw akan satu nasihat yang menggentarkan hati kami dan menitiskan air mata kami ketika mendengarnya, lalu kami berkata, ‘Ya Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat yang terakhir sekali, maka berilah pesanan kepada kami.

Lalu Baginda saw bersabda, “Aku berwasiat akan kamu supaya sentiasa bertakwa kepada Allah dan dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekalipun yang memimpin kamu itu hanya seorang hamba.

Sesungguhnya sesiapa yang panjang umurnya daripada kamu pasti akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang teguh dengan Sunnah ku dan sunnah para Khulafa Ar-Rasyidin Al-Mahdiyin (Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali r.a) dan gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah perkara-perkara yang baharu (bid’ah) yang diada-adakan, kerana sesungguhnya tiap-tiap bid’ah itu sesat.” (Riwayat Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :
[a]. Sentiasa bertakwa kepada Allah yang Maha Agung iaitu, beriman dan beramal soleh. Mengerjakan segala yang diperintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

[b]. Mentaati pemerintah walaupun ia dari keturunan hamba.

[c]. Perselisihan yang banyak akan terjadi selepas kewafatan Nabi saw dan hendaklah kita tetap berpegang pada sunnah Nabi saw dan para sahabatnya walaupun bersendirian.

[d]. Menjauhi perkara-perkara ibadah yang direka-reka kerana ia membawa kepada kesesatan. Maksudnya; mengandaikan penyampaian Nabi saw tidak sempurna lalu dibuat ibadah yang tiada sumbernya dari Rasulullah saw.


002. Dari Zainab binti Jahsy r.a (isteri Rasulullah saw), katanya : Rasulullah saw masuk ke dalam rumahnya dalam keadaan cemas sambil bersabda, “La ilaa ha illallah, celaka (binasa) bagi bangsa Arab dari kejahatan (bencana) yang sudah hampir menimpa mereka.

Pada hari ini telah terbuka dinding Ya’juj dan Ma’juj,” dan Baginda saw menemukan ujung ibu jari dan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan.

Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah kami akan binasa sedangkan di kalangan kami masih ada orang-orang soleh?’ Lalu Nabi saw bersabda, “Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak.” [Riwayat Bukhari dan Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Rasulullah saw berasa cemas akan malapetaka akibat keluarnya Ya’juj dan Ma’juj. Perlu diingat, perkara yang membuatkan Rasulullah saw sendiri cemas, maka apalagi kita. Bersamalah kita berdoa agar terselamat dari huru-hara itu.

b. Walaupun disebutkan bangsa Arab secara khusus namun lafaznya adalah umum kepada umat manusia.

c. Kemungkaran dan kemaksiatan yang berlaku hendaklah segera dibasmikan kerana bencana yang berlaku pada sesuatu kaum yang jahat, turut menimpa penduduk yang berada di sekitar mereka.


003. Dari Tsauban r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengemuruni kamu (umat Islam) bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka.”

Maka salah seorang sahabat bertanya, ‘Apakah dari kerana (bilangan) kami sedikit pada hari itu?’ Nabi saw menjawab, “Bahkan kamu pada hari itu banyak (ramai) sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir dan Allah akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu; dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit ‘wahan’.”

Seorang sahabat bertanya, ‘Apakah wahan itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Cinta pada dunia dan takut pada mati.” [Riwayat Abu Daud]

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Sepertimana kita lihat umat Islam pada ketika ini berjumlah lebih kurang 1.6 billion seluruh dunia tetapi kita dijadikan seperti ‘lauk di dalam talam’ oleh orang kafir. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya.

b. Hadis ini merupakan motivasi kepada seluruh umat Islam agar bangkit dan kembali dengan sebenar-benar kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dan bukannya hanya menyerah dan lembik kepada orang kafir.

c. Allah yang Maha Agung akan mencabut kemuliaan orang Islam apabila umat Islam cenderung kepada cinta dunia (tamak, rakus dan cinta pada harta umumnya) dan takut mati (leka dan lupa pada hari pembalasan dan takut berjihad di jalan Allah yang Maha Tinggi).


004.Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash r.a : Rasulullah saw bersabda, “Bahawasanya Allah Subhana wa Ta’ala (SWT) tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah SWT menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama.

Maka apabila sudah tiada alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain.” [Riwayat Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :
Pelbagai usaha perlu dilakukan agar mengembalikan semula atau mengganti semula para alim ulama yang sudah tiada. Ketiadaan para alim ulama akan menyebabkan manusia berada dalam kebingungan hingga tidak mengenal yang mana benar dan yang mana bathil.


005. Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a : Rasulullah saw bersabda, “Kamu akan mengikut jejak langkah umat-umat sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu akan mengikuti mereka.”

Sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah Yahudi dan Nasrani yang kau maksudkan?’ Nabi saw menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka.” [Riwayat Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Umat Islam akan mengikut cara hidup orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam pelbagai keadaan, baik dari segi pemerintahan mahupun yang lebih parah lagi; dari segi pemikiran dan kerohanian.

b. Umat Islam perlu kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dari semua aspek kehidupan, iaitu menghidupkan kerohanian keIslaman (rasa cinta pada Islam atas dasar tauhid), pemerintahan Islam, pendidikan Islam, perundangan Islam, ekonomi Islam dan sistem kemasyarakatan berasaskan Islam.


006. Dari Miqdam bin Ma’dikariba r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hampir tiba di suatu masa di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas katilnya, lalu disampaikan orang kepadanya sebuah hadis daripada hadis ku (Hadis Nabi saw),
Maka ia (golongan anti hadis) berkata, ‘Pegangan kami dan kamu hanyalah kitabullah
Al-Quran) sahaja. Apa yang dihalalkan oleh Al-Quran kami halalkan; dan apa yang diharamkan, kami haramkan.’

Kemudian bersabda Nabi saw), “Padahal apa yang diharamkan oleh Rasulullah saw samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan oleh Allah SWT.” (Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Telah ada golongan anti hadis ini merosakkan akidah umat Islam, oleh itu kita perlu berhati-hati dan peka serta membasmi pemikiran mereka ini sedaya-upaya.





007. Dari Abu hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Umat ku akan ditimpa penyakit-penyakit yang pernah menimpa umat-umat dahulu.” Sahabat bertanya, ‘Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?’

Nabi saw menjawab, “Penyakit-penyakit itu ialah : (1). Terlalu banyak (ber)seronok, (2).Terlalu mewah, (3). Menghimpun harta sebanyak mungkin, (4). Tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, (5). Saling memarahi, (6). Hasud menghasud sehingga jadi zalim menzalimi.” (Riwayat Hakim)

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Penyakit-penyakit tersebut jelas terpampang di depan mata kita sekarang ini. Penyakit tersebut adalah penyakit rohani yang melanda umat Islam kini.

b. Jika diperhatikan, kesemua penyakit di atas adalah kerana hilangnya nilai-nilai akhlak murni. Hilangnya nilai-nilai akhlak tersebut kerana sistem pendidikan yang hanya mementingkan nilai akademik semata-mata tanpa menghiraukan pendidikan agama dan moral.

c. Krisis kerohanian ini hanya boleh diselesaikan apabila umat Islam kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam setiap aspek kehidupan, pendidikan terutamanya.


008. Dari Ali bin Abi Thalib r.a : Bahawasanya kami sedang duduk bersama Rasulullah saw di dalam masjid. Tiba-tiba datang Mus’ab bin Umair r.a dan tiada di atas badannya kecuali hanya sehelai selendang yang bertampung dengan kulit.

Tatkala Rasulullah saw melihat kepadanya, Baginda saw menangis dan menitiskan air mata kerana mengenangkan kemewahan Mus’ab ketika berada di Mekah dahulu; dan kerana memandang nasib Mus’ab sekarang (dalam kemiskinan sebagai seorang Muhajirin dan meninggalkan segala kemewahan).

Kemudian Nabi saw bersabda, “Bagaimanakah keadaan kamu pada suatu saat nanti, pergi di waktu pagi dengan satu pakaian dan pergi di waktu petang dengan pakaian yang lain pula (dalam sehari bertukar-tukar pakaian).

Dan bila diangkatkan satu hidangan, diletakkan pula satu hidangan yang lain (mewah dengan makanan). Dan kamu menutupi (menghias) rumah kamu seperti mana kamu memasang kelambu Ka’bah?”

Maka jawab sahabat, ‘Wahai Rasulullah, tentunya di waktu itu kami lebih baik dari hari ini. Kami akan memberikan penumpuan kepada masalah ibadat sahaja dan tidak usah (perlu) mencari rezeki.’

Lalu Nabi saw bersabda, “Tidak! Keadaan kamu di hari ini adalah lebih daripada keadaan kamu di hari itu.” (Riwayat Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Kemewahan hidup membuatkan kita terleka untuk beribadat kepada Allah SWT. Maksud kemewahan adalah, melebihi apa yang diperlukan.

b. Perbezaan besar antara sahabat Rasulullah saw dengan umat Islam sekarang. Para sahabat sentiasa berfikir bagaimana hendak menambahkan ibadat, sebaliknya umat Islam sekarang sibuk berfikir bagaimana hendak menambah harta.

Para sahabat sanggup meninggalkan kemewahan demi agama, umat Islam sekarang sanggup meninggalkan agama demi kemewahan. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya.

c. Sepatutnya umat Islam kini perlu lebih beribadat kerana segala kemudahan berada di depan mata. Sumber air, elektrik, masjid, jalan, kenderaan dan pelbagai lagi kemudahan sudah tersedia, tetapi sayangnya umat Islam sekarang telah kufur pada nikmat Allah yang Maha Agung.


009. Dari Muadz bin Jabal r.a : Rasulullah saw bersabda, “Ambillah pemberian itu selama ia masih sebagai pemberian. Tetapi apabila ia telah menjadi rasuah dalam pandangan agama, maka kamu jangan mengambilnya. Namun kenyataannya kamu tidak akan dapat meninggalkan rasuah itu kerana kamu takut (menjadi) fakir dan kamu sangat berhajat untuk mengambilnya. (Riwayat At-Thabrani dan Abu Nuaim)

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Di akhir zaman, rasuah akan menjadi-jadi. Wang menjadi kuasa untuk membeli pangkat atau jawatan dalam sesuatu organisasi atau pertubuhan; dan pelbagai lagi punca kepada rasuah.

b. Punca kepada rasuah adalah kerana penyakit ‘wahan’.

c. Akhir zaman, manusia tidak peduli lagi yang mana halal atau haram. Apa yang penting bagi mereka, hajat hawa nafsu mereka terlaksana.


010. Dari ‘Aisyah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan berlaku kiamat sehingga;

(1). anak seseorang menjadi punca kemarahan (bagi ibu bapanya) dan
(2). hujan akan menjadi panas (hujan berkurangan dan cuaca menjadi semakin panas) dan (3). akan bertambah ramai orang yang tercela dan
(4). akan berkurangan orang yang baik dan
(5). anak-anak menjadi berani melawan orang-orang tua dan
(6). orang yang jahat berani melawan orang-orang baik (tidak malu berbuat kemungkaran).” (Riwayat Thabrani)

Penjelasan dan Pengajaran :
Adakah salah satu dari enam perkara di atas masih belum terjadi kepada kita pada hari ini?


011. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan datang suatu zaman seseorang tidak mempedulikan dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal ataupun haram.” (Riwayat Muslim)

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Manusia zaman akhir telah lupa tujuan hidup mereka atau tujuan mereka diciptakan di muka bumi ini. Mereka salah faham erti kehidupan dan berpegang pada materialisme.

b. Mereka sanggup berbunuhan, memutuskan hubungan kekeluargaan, menipu, menindas, menolak hukum dan pelbagai lagi kemungkaran demi mendapatkan harta.

c. Mereka menganggap harta adalah segala-galanya.


012. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang juga pun kecuali ia terlibat dalam memakan harta riba. Kalau ia tidak makan secara langsung, ia akan terkena juga debu-debunya.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :
Maha Benar Allah dan Rasul-Nya. Kita lihat saja diri sendiri. Di mana kita menyimpan wang, saluran gaji, hutang rumah, kereta dan sebagainya.


013. Dari Abu Malik Al-Asy’ari r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya ada sebahagian dari umat ku yang akan meminum khamar dan mereka menamakannya dengan nama lain (Tiger, Anchor dan sebagainya).

(Mereka meminum) sambil dialunkan dengan bunyi muzik dan suara artis-artis. Allah subhana wa ta’ala akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi dan Allah subhana wa ta’ala akan merubah mereka menjadi kera dan babi.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Para penyedia atau pengeluar khamar ini merekacipta nama lain bagi khamar dan kononnya mempunyai khasiat, seperti untuk kesihatan dan kesegaran badan.

b. Sudah begitu banyak kelab malam, disko dan seumpamanya yang menghidangkan arak dan diikuti pula dengan nyanyian tidak kira lelaki atau wanita.

c. Penukaran rupa mereka ke dalam bentuk kera atau babi belum lagi terjadi, namun sifat, sikap dan cara hidup mereka sudah menyerupai kera dan babi. Wallahu ‘alam. Manakala kejadian yang menenggelamkan mereka ke dalam bumi sudah banyak terjadi seperti gempa bumi dan lain-lain.


014. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Di antara tanda kiamat ialah sedikit ilmu, banyak kejahilan, berlaku banyak perzinaan, ramai kaum perempuan dan sedikit kaum lelaki, sehingga nantinya seorang lelaki akan mengurus lima puluh perempuan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Kejahilan dan perzinaan sudah biasa benar terjadi seperti yang kita lihat sekarang ini.

b. Nisbah lelaki dan wanita akan sangat ketara pada masa akan datang. Ulama mengatakan, ia akibat dari peperangan yang berlaku dan banyak lelaki yang terbunuh serta Allah yang Maha Agung menghendaki kebanyakan yang lahir di dunia ini adalah perempuan.


015. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan datang kepada umat ku suatu zaman di mana orang yang berpegang pada agamanya laksana menggenggam bara api.” (Riwayat Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :
a. Orang yang berpegang pada ajaran Islam (mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah) akan dipandang hina, jumud dan lain-lain.

b. Mereka tersepit dan cuba dipengaruhi oleh keadaan sekeliling agar meninggalkan Al-Quran dan As-Sunnah, baik dari orang kafir dan lebih teruk lagi dari orang yang mengaku Islam.

c. Akhir zaman juga orang Islam akan menghadapi tentangan yang hebat, sekiranya leka maka terlepaslah Islam dari tangan mereka.


Golongan Ruwaibidhoh
016. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Lagi akan datang kepada manusia tahun-tahun yang tandus.

(a). Dan pada waktu itu orang yang berdusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan berdusta.

(b). Orang khianat akan disuruh memegang amanah dan orang yang amanah dikatakan pengkhianat.

(c). Dan yang berpeluang bercakap hanyalah golongan ‘Ruwaibidhoh’.”
Sahabat bertanya, ‘Apakah Ruwaibidhoh itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Orang yang kerdil dan sebenarnya hina dan tidak mengerti urusan orang ramai.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :
Zaman yang tandus tersebut bermaksud zaman orang-orang yang ketandusan ilmu dan pemikiran. Orang yang benar akan diketepikan dan orang yang khianat serta fasiq akan disanjung dan dijadikan idola.

Orang yang berilmu dan berada pada kebenaran tidak dibenarkan bercakap dan dituduh pula dengan berbagai-bagai tohmahan. Orang yang dibenarkan bercakap pula adalah orang-orang yang hina dan tidak tahu bagaimana hendak menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan mengelirukan.

Maha Benar Allah. Melalui hadis ini juga kita lihat zaman ini berapa ramai ahli ilmu yang dibiarkan sepi tanpa mengambil peduli pada apa yang disampaikan oleh mereka. Malah mereka dituduh pula sebagai pengkhianat agama. Wallahu’alam.



Peperangan Demi Peperangan
017. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga melimpah ruah harta benda dan timbul fitnah (ujian kepada keimanan) dan banyak berlaku ‘al-Harj’.”

Sahabat bertanya, ‘Apakah al-Harj itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Peperangan demi peperangan demi peperangan.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :
(a). Harta benda melimpah ruah - Kita boleh melihat pada hari ini betapa banyaknya dan mudahnya kita mendapatkan harta. Termasuk harta benda ini adalah dari segi kediaman, pengangkutan, perhiasan dan segala macam bentuk kemudahan serta kekayaan lagi.

(b). Timbul fitnah - Tidak perlu diperjelaskan lagi, kerana zaman kita ini fitnah terlampau banyak dan berleluasa. Fitnah ini begitu luas maknanya, tetapi secara umum ia adalah sebagai satu ujian kepada keimanan atau satu bencana besar kepada umat Islam.

(c). Peperangan demi peperangan - Pembunuhan dan peperangan seolah-olah telah lali dengan telinga dan mata kita hari ini.

ADMIN : KAI
Muafakat Asas Perpaduan Ummah.

14 May 2013

Demi ISLAM UMNO DAN PAS PERLU BERSATU




Kini kelihatan UMNO dan PAS sudah boleh berganding bersama di atas rintihan rasa sebagai umat Islam yang cintakan Rasulullah SAW. Filem murahan, Innocence of Muslims yang begitu biadab terhadap kemuliaan Rasulullah SAW telah ditentang hebat oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Malaysia.

Jika dulunya ajakan Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Razak kepada PAS supaya meninggalkan pakatan pembangkang dan bersatu bersama UMNO demi mempertahankan kuasa umat Islam, kini kelihatan ukhwahnya semakin positif. Kenangan berpeluknya dua Presiden parti Melayu yang menjadi teras umat Islam di negara ini, UMNO dan PAS, Najib dan Datuk Seri Abdul Hadi Awang ketika kempen pilihan raya Sarawak harus dijadikan sandaran membina ‘doktrin silaturahim’ seagama dan seMelayu.

Kini pencemaran sejarah dalam usaha menghina Rasulullah SAW yang dilakukan penduduk di Barat, harus dijadikan pedoman untuk umat Islam negara ini berpadu dan tidak sesekali terjebak dengan perangkap musuh yang mahu memusnahkan satu persatu kerajaan di negara Islam berdaulat. Silaturahim yang terbina ketika saling cuba mempertahankan maruah Rasulullah SAW ini seharusnya sentiasa mekar dalam kehidupan berpolitik negara. 

UMNO, PAS parti umat Islam

UMNO dan PAS harus ingat mereka adalah parti dominasi sokongan umat Melayu dan tidak salah jika memperjuangkan nasib Melayu, di bumi Melayu itu sendiri. Lihat saja definisi Melayu yang tercatat kemas dalam Perlembagaan Persekutuan yang diterima pakai sejak 1957 yang mana Melayu dikanunkan satu cirinya sebagai ‘seseorang yang menganut agama Islam’. Ertinya secara kanun dan akidahnya, Perkara 160 meletakkan Melayu sebagai bangsa teras Islam yang dilindungi Perlembagaan Negara, dan inilah yang diperjuangkan UMNO sehinggakan Islam berjaya dikanunkan dan dilindungi secara khusus.

Soal kekukuhan Islam di negara ini tidak boleh dinafikan daripada dikaitkan dengan kehadiran umat Melayu dalam persada politik negara. Namun, jika enam juta undi Melayu yang merangkumi 51 peratus ini berpecah dan ada daripada kalangan umat ini sanggup pula menjadi ejen dan jentera kepada parti bukan Melayu yang kelihatan ‘memusuhi’ perjuangan dan perpaduan Melayu, maka nilai undi Melayu sudah tidak penting.

Bahkan mereka yang sanggup menjadi jentera kepada politikus anti-Melayu dan anti-Islam mampu disifatkan sebagai liabiliti kepada perjuangan Melayu dan Islam. Apa guna jika ada parti yang katanya berteraskan Islam tetapi padahnya membawa permusuhan sesama umat?
Apakah ertinya perjuangan politik jika agama serta bangsa tertindas dan tanah air pula akhirnya jatuh kepada golongan yang anti-Melayu dan anti-Islam. UMNO dan PAS sudah sekian lama ‘bermusuh’ dalam politik, kini tiba masanya untuk dua parti sokongan teras Melayu ini berbaik sangka serta duduk semeja berunding dalam hal strategik orang Melayu.

Fokus kepada survival Melayu perlu dibincangkan bersama. Mungkinkah sayangnya kita kepada Nabi SAW yang terpapar menerusi perarakan demi perarakan membantah filem itu membantu sesama Islam bersatu di negara kita.

Hilang kuasa

Alangkah bagusnya jika UMNO yang kini menjadi teras Barisan Nasional (BN), dicontohi PAS dengan bertindak atas kapasiti sama menjadi teras dan dominan dalam pakatan pembangkang bersama DAP dan Parti Keadilan Rakyat (PKR).

Jika ini berlaku, ia akan menyejukkan suasana semasa yang kian kritikal, khususnya soal susutan bukan saja suara, malah kuasa Melayu dalam aspek kehidupan bernegara. Sudahlah ekonomi dikuasai komuniti bukan Melayu, bangsa Melayu pula terjerat gejala sosial dan ramai belia leka daripada perbincangan survival bangsa, kuasa politik yang ada pula dilihat semakin runtuh dan mula dikuasai anasir asing.

Penulis khuatir mungkin untuk mendapatkan undi semata-mata, UMNO dan PAS hilang kuasa akibat pertembungan sesama Melayu dan Islam, yang akhirnya memenangkan DAP sebagai jaguh baru politik negara. Jika UMNO dan PAS mampu berkompromi, maka agenda strategik Melayu dalam berpolitik akan mampu dibina sebagai ‘doktrin silaturahim Melayu’ demi memastikan agenda umat diletakkan di hadapan politik kepartian.

Secara strategik jangka panjangnya, kini tiba masa untuk kita selami nasib umat Islam yang terasnya Melayu di Malaysia. Harus umat Islam berfikir bahawa bentuk penjajahan alaf ini adalah menerusi kertas undi dan mainan politik, pensil yang digunakan untuk mengundi boleh menjadi alat pembinasa bangsa jika undi itu tidak lagi memberikan kuasa kepada bangsa untuk memerintah negara. UMNO dan PAS harus meletakkan doktrin silaturahim seagama dan sebangsa sebagai satu galakan untuk bersetia kepada agenda Islam dan Melayu sebagai teras tindakan politik masing-masing.

Sudah tiba masa untuk Melayu bersatu demi mempertahankan kelestarian agama dan bangsa di tanah air tercinta ini seperti ketika berlakunya pencemaran maruah umat Islam dengan tayangan Innocence of Muslims yang biadab itu


Muafakat Asas Perpaduan Ummah.

Bukti Umat Islam berpecah kerana politik dari dulu lagi


( Bukti perpecahan umat Islam kerana politik di Zaman Para Sahabat Rasulullah S.A.W lagi )
Titik asal perpaduan Umat Islam adalah pegangan Akidah dalam diri sendiri. Apabila seseorang tidak lagi berpegang pada akidah yang tepat, maka dia tergelincir atau keluar dari ‘dua jalan’. Dua jalan yang dimaksudkan ini adalah dua kalimah syahadah yang menjadi asas pembentukan akidah kita. Sejarah telah terukir di mana umat Islam telah berpecah di zaman para sahabat memerintah lagi. Apa puncanya? Kita tahu Islam sekarang berpecah-pecah kepada beberapa puak. Puak Syiah, puak Sunnah dan bermacam-macam lagi. Malah ada juga yang terlampau taksub dengan mazhab atau imam-imam besar tertentu.

Jika difikirkan balik, bagaimana terpecahnya Islam sampai sebegini rupa sedangkan Islam itu datangnya dari Tuhan yang satu, disampaikan oleh Rasul Allah yang satu, melalui kitab yang satu? Tetapi ada sebahagian lebih taksub kepada sesuatu pergerakan yang didakwa mereka pergerakan yang mengamalkan Islam lebih dari orang lain. Di Malaysia ada berbagai-bagai kumpulan, ada yang menamakan kumpulan mereka al-Arqam, Ikhwan, dan banyak lagi. Sejarah telah membuktikan bahawa Islam telah berpecah di zaman para sahabat lagi disebabkan mereka menamakan kumpulan mereka dengan nama yang lain lebih dari mereka menamakan kumpulan mereka dengan nama yang Allah berikan kepada mereka.

Dalam Surah al-Hajj, Allah berfirman melalui ayat 78;

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

Ayat di atas menunjukkan Allah menamakan umat Islam itu adalah “Orang-orang Muslim”. Atau dalam Arabnya “MUSLIMIN”. Mana mungkin puak-puak yang menamakan diri mereka dengan sesuatu yang lain kita boleh anggap mereka benar. Islam tidak melarang umatnya daripada menubuhkan sesuatu kumpulan atau persatuan. Tetapi, janganlah sampai kepentingan kumpulan tersebut melebihi kepentingan Islam. Inilah yang terjadi ketika pemerintahan Khulafa’ ar-Rasyidin. Umat Islam berpecah kerana kumpulan. Umat Islam berpecah kerana ‘politik’. Apabila politik diletakkan di atas Islam, maka sebahagian umat Islam ketika itu hilang pertimbangan dalam tingkah laku mereka.

Selepas kewafatan Baginda Rasul, Khulafa’ arRasyidin di bawah pimpinan Saidina Abu Bakar mengambil alih pemerintahan negara umat Islam ketika itu. Kemudian diganti oleh Saidina Umar. Corak pemerintahan Saidina Umar ketika itu berbeza dengan Saidina Abu Bakar. Saidina Umar memerintah dalam nada yang tegas dalam setiap perkara. Ini menimbulkan rasa tidak puas hati sesetengah rakyat terhadap kepimpinan Saidina Umar. Maka ketidakpuasan hati ini berlarutan sehinggalah tercetusnya pembunuh Saidina Umar.

Saidina Uthman kemudiannya terpaksa mengambil alih pemerintahan dalam keadaan kucar-kacir. Saidina Uthman pada ketika itu bakal berdepan situasi yang sukar. Pemerintahan Saidina Uthman pula berbeza dengan Saidina Umar. Saidina Uthman memerintah dalam keadaan yang amat lembut berbeza dengan Saidina Umar yang begitu tegas. Sehinggakan ada yang mengambil kesempatan terhadap Saidina Uthman. Hal ini membawa kepada satu peristiwa di mana Saidina Uthaman dikepung oleh puak-puak pelampau yang mahu menjatuhkan Saidina Uthman. Oleh kerana kelembutan Saidina Uthman, beliau sanggup mengarahkan sahabat-sahabatnya supaya jangan menyerang atau mempertahankan Saidina Uthman kerana bimbang berlakunya pertumpahan darah.

Lalu puak pelampau ini masuk menyerang dan membunuh Saidina Uthman ketika beliau sedang membaca al-Qur’an. Suasana umat Islam ketika itu kembali kucar-kacir. Sahabat Saidina Uthman berazam untuk membalas dendam kepada mereka yang telah membunuh Saidina Uthman. Umat Islam pada ketika itu tiada pemimpin. Maka mahu atau tidak mahu, Saidina Ali terpaksa memikul tanggungjawab sebagai pengganti kepada Saidina Uthman yang mati dibunuh. Keadaan pada waktu itu lebih teruk berbanding ketika Saidina Uthman mengambil alih pemerintahan.

Sahabat-sahabat Saidina Uthman yang begitu pro kepada pemerintahan Saidina Uthman menuntut supaya Saidina Ali menghukum pembunuh Saidina Uthman. Ada pula yang tidak bersetuju dan menentang Saidina Ali menjadi pemerintah kerana di bawah pemerintahan Saidina Ali terdapat orang yang mempunyai kaitan dengan pembunuh Saidina Uthman. Apakan daya, Saidina Ali terpaksa juga mengambil alih pemerintahan ini memandangkan dunia umat Islam sekian hari tiada pemimpin.

Di kala umat Islam dalam keadaan kucar kacir, para sahabat merujuk kepada Saidatina Aisyah yang merupakan Ummul Mukminin. Mereka mendesak Aisyah menegakkan kebenaran dengan menghukum pembunuh Saidina Uthman. Maka Aisyah bersama tentera-tentera para sahabat keluar berperang mencari pembunuh Saidina Uthman. Melihat kepada keadaaan itu, Saidina Ali lantas bertindak dengan menghantar tentera-tenteranya untuk berunding dengan Aisyah dan berdamai.

Dikalangan tentera-tentera Saidina Ali ini terdapat golongan munafik yang berniat untuk menghalang perpaduan dikalangan tentera Aisyah dan tentera Saidina Ali. Mereka bimbang sekiranya tentera Saidina Ali dan Aisyah berdamai, maka wujud kuasa yang besar dan tidak mustahil golongan munafik ini akan diambil tindakan. Lalu di tengah malam, golongan munafik ini menyerang tentera Aisyah secara sembunyi. Aisyah menyangka tentera Saidina Ali telah melakukan khianat. Lalu Aisyah mengarahkan serangan balas terhadap tentera Saidina Ali. Saidina Ali pula menyangka tentera Aisyah menyerang tenteranya.

Di sinilah bermulanya tercetus Perang Jamal di antara Aisyah dan Saidina Ali. Perang antara umat Islam yang sepatutnya tidak berlaku. Peperangan inilah yang membawa kepada lahirnya puak yang dinamakan Syiah dan Khawarij. Beginilah apabila kita lihat bagaimana ‘politik’ dapat memecahbelahkan umat Islam. Isu yang bermula ketika Saidina Ali mengambil alih pemerintahan umat Islam. Ada golongan yang menentang dan ada juga golongan yang pro kepada Saidina Ali. Pro Saidina Ali mendakwa bahawa Rasulullah telah bersabda bahawa Saidina Ali wajib dilantik sebagai pemerintah.

Golongan pro Saidina Ali ini sanggup mengeluarkan hadith-hadith palsu menyokong pelantikan Saidina Ali. Mereka telah mengagung-agungkan Saidina Ali. Mereka memberikan alasan bahawa ahlul bait iaitu keluarga atau keturunan Rasulullah perlu diangkat menjadi pemimpin. Layak berbanding orang lain. Mereka memandang keturunan berbanding kebolehan memimpin yang ada pada Saidina Ali. Padahal Rasulullah dalam sejarah kepimpinan Baginda, Baginda melantik mereka yang benar-benar berkemahiran untuk memimpin. Bukannya keturunan ataupun pengetahuannya dalam agama. Walaupun mereka adalah alim ulamak, Baginda tidak melantik mereka sebagai pemimpin kerana mereka tidak tangkas dalam politik.

Inilah realiti yang berlaku apabila umat Islam menyalahgunakan politik dalam agama. Inilah bahayanya mencampurkan politik dengan Islam dengan cara yang tidak betul. Setelah lahirnya golongan Syiah, mereka yang menentang Saidina Ali ini keluar dan mewujudkan kefahaman baru dalam Islam. Mereka menentang sesiapa yang melakukan dosa besar, yang tidak memerintah secara adil. Sehinggakan mereka mengeluarkan ‘fatwa’ sendiri iaitu “sesiapa yang melakukan dosa besar mereka dianggap menentang Tuhan dan sesiapa yang menetang Tuhan adalah Kafir” Maka lahirlah satu lagi golongan besar yang menetang Saidina Ali yang dinamakan puak Khawarij.

Inilah bahayanya apabila isu politik ditukar menjadi isu agama. Maka wujudlah perbalahan di mana puak Khawarij sering kafir-mengkafirkan puak yang mereka anggap salah. Inilah akibatnya pegangan akidah yang lemah. Mereka telah meletakkan Islam di bawah politik. Ditambah pula pasukan-pasukan Yahudi dengan angkuhnya memisahkan Islam dengan politik, memisahkan Islam dengan ekonomi dan memisahkan Islam dengan sosial.

Muafakat Asas Perpaduan Ummah.

Mengapa Tentera Fisabilillah perlu "Berbaiah" ?


APA ITU BAIAH ?

Jika 313 merujuk kepada Surah 3, ayat 13: Sesungguhnya telah ada satu tanda (bukti) bagi kamu pada (peristiwa) dua pasukan yang telah bertemu (di medan perang); satu pasukan (orang-orang Islam) berperang pada jalan Allah (kerana mempertahankan agama Allah) dan yang satu lagi dari golongan kafir musyrik. Mereka (yang kafir itu) melihat orang-orang Islam dengan pandangan mata biasa dua kali ramainya berbanding dengan mereka sendiri dan Allah sentiasa menguatkan sesiapa yang dikehendakiNya, dengan memberikan pertolonganNya. Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat satu pengajaran yang memberi insaf bagi orang-orang yang berfikiran (yang celik mata hatinya).Al-Imran ayat 13 Maksud surah Al-Imran ayat 13 amat sesuai sekali dengan isu semasa di Malaysia ini.

Jika 313 merujuk pula kepada Surah 31, ayat 3: Menjadi hidayat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang sedia mengerjakan amal-amal yang baik.-Surah Luqman ayat 3

(Sejarah ringkas baiah "Tentera Fisabilillah")

Baiah merupakan perjanjian untuk memberi ketaatan, manakala orang yang melakukannya seolah-olah membuat janji setia untuk menyerahkan dirinya dan urusan kaum Muslimin kepada amir atau ketuanya. Ianya merupakan perbuatan sunnah Nabi S.A.W.

1) BAI’AH ‘AQABAH

Sebelum berlaku peristiwa Hijrah, sejarah mencatatkan bahawa pada musim haji 620 – 621 M (Orang Arab Jahiliyyah setiap tahun masih melakukan upacara haji, tetapi telah menyeleweng daripada syariah Nabi Ibrahim dan Ismail) beberapa orang tokoh Islam Madinah telah menyatakan simpati dan berikrar menyokong serta memberikan sumpah setianya kepada baginda Rasulullah SAW apabila baginda berhijrah ke Madinah untuk mengembangkan agama Islam dari sana.

Sumpah setia mereka ini dinamakan “bai’ah” dan berlangsung di satu lembah berhampiran dengan Makkah yang bernama ‘Aqabah sehingga perjanjian taat setia ini di kenali dengan “bai’ah ‘Aqabah” yang terkenal dalam sejarah.

Ubadah bin Shamit meriwayatkan bahawa “Rasulullah SAW mengambil sumpah setia kami pada malam pertama di ‘Aqabah, bahawasanya kami tidak akan mempersekutukan Allah dengan apa pun juga, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak kami, tidak akan berdusta, melindungi apa saja yang ada di depan atau di belakang kami dan tidak membantah perintah baginda dalam hal kebajikan.”

Ketika itu Rasulullah SAW bersabda :
Jika kamu sekalian menunaikan semua janji itu, maka kamu akan mendapat syurga, (tetapi) jika kamu memungkiri sebarang janji tersebut, maka kamu akan dikenakan hukum dunia (dalam bentuk) kaffarah (denda). Dan jika kamu mengingkari janji itu secara senyap-senyap hingga hari kiamat, maka hal itu kembalilah kepada Allah, jika dikehendaki-Nya kamu akan diseksa, dan jika dikehendaki-Nya juga, kamu akan diampunkan. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Ikrar taat setia dan sumpah janji para muslimin dari Madinah dalam upacara Bai’ah ‘Aqabah itu merupakan ikrar mereka untuk melaksanakan tatacara kehidupan sebagai satu umat muslimin yang berbeza daripada cara hidup kaum musyrikin yang menyekutukan Tuhan dan menjalani gejala hidup jahiliyyah yang bertentangan dengan ajaran dan nilai kerohanian Islam. Malah lebih penting lagi dalam perjanjian itu ialah taat setia mereka kepada Rasulullah SAW dalam mengerjakan segala amalan kebajikan mereka.

Gejala hidup mereka yang merupakan keganasan, membunuh sesama manusia, membunuh anak perempuan yang dilahirkan, mencuri, berzina dan perbuatan mungkar lainnya haruslah ditinggalkan sama sekali dalam kehidupan seorang muslim. Segala kemungkaran yang disebutkan dalam ikrar ini adalah ibu segala dosa dan punca kepada kehancuran manusia di dunia ini. Sebab itulah Rasulullah SAW memberi amaran kepada mereka supaya apa yang mereka ikrarkan itu hendaklah direalisasikan dan diamalkan dalam kehidupan mereka, dan mengingkarinya merupakan suatu kesalahan yang boleh dikenakan hukuman dunia. Sekiranya dilakukannya secara rahsia, maka terserahlah kepada Allah SWT untuk membalasnya di akhirat nanti.

Sumpah taat setia seperti yang tercatat di atas adalah merupakan bai’ah pertama antara Muslimin Madinah dengan Rasulullah SAW. Selepas perjanjian pertama ini, maka kaum Ansar itu pun berangkat pulang ke Madinah, dan Rasulullah SAW mengutuskan seorang sahabat kepercayaannya turut serta bersama-sama mereka ke Madinah dengan diberikan tanggungjawab untuk mendidik masyarakat Madinah bagi memahami ajaran Islam dan kandungan kitab suci al-Quran. Utusan yang dihantarkan itu ialah Mush’ab bin ‘Umair. Beliau juga ditugaskan untuk menyaksikan perkembangan penyebaran agama Islam di Madinah.

Dicatatkan juga dalam sejarah bahawa Mush’ab bin ‘Umair telah berjaya menjalankan tugasnya dengan baik, dan beliau kembali ke Makkah setahun kemudian iaitu menjelangnya musim haji berikutnya, serta melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang sambutan baik penduduk Madinah terhadap Islam. Malah sebagai hasilnya Rasulullah SAW akan menyaksikan ketibaan rombongan ke Makkah bagi kali yang kedua pada musim haji itu sebagai rombongan yang akan menyembahkan taat setia kepada baginda.

2)BAI’AH AQABAH AL-KUBRA
Tiba masanya maka rombongan dari Madinah itu pun datanglah buat kali kedua bertemu dengan Rasulullah SAW, dan yang menariknya, mengikut sesetengah riwayat bahawa dalam rombongan ini terdapat dua orang wanita, iaitu Nasibah binti Ka’ab dan Asma’ binti ‘Amr bin ‘Adiy.

Satu kelainan dalam pertemuan kedua ini ialah permintaan baginda Rasulullah SAW supaya rombongan kedua ini hendaklah mengandungi 12 orang daripada mereka yang bertindak sebagai wakil daripada kabilah masing-masing, termasuk kabilah Khazraj dan Aus.

Rasulullah bersabda kepada mereka yang bermaksud :
“Kamu selaku pemimpin di atas kabilah masing-masing adalah bertanggungjawab atas keselamatan kabilahnya sendiri, sebagaimana Hawariyyin (12 orang murid Nabi Isa AS) bertanggungjawab atas keselamatan Isa putra Maryam, sedangkan aku bertanggung jawab atas kaumku sendiri (iaitu kaum Muslimin Makkah).”

Peristiwa bai’ah ‘Aqabah yang kedua ini mempunyai kepentingannya yang tersendiri, maka sebab itulah peristiwa ini disebut sebagai Bai’ah ‘Aqabah al-Kubra, iaitu perjanjian ‘Aqabah yang terbesar.

3) Baiah Tentera Fisabilillah (Perang Badar)
Bai’ah taat setia Sahabat bersama Rasulullah s.a.w:
Maka Sa’ad bin Muaz pun berkata: “Demi Allah, kamu seolah-olah hendakkan kami wahai Utusan Allah.” Nabi s.a.w. menjawab: “Benar.” Berkata Sa’ad: “Seseungguhnya kami telah beriman dan membenarkan kamu, kami telah menyaksikan apa yang kamu bawa adalah benar belaka, dan kami menyatakan janji dan taat setia kami kepadamu, maka lakukanlah apa yang kamu kehendaki, kami akan bersamamu, dan demi Yang Mengutuskan kamu (Allah) dengan kebenaran, jika engkau membentangkan kepada kami lautan ini dan engkau menyeberanginya nescaya kami juga akan mengharunginya bersama kamu.”

Lalu Rasulullah s.a.w. berpegang dengan apa yang dikatakan Sa’ad sambil berkata: “Berangkatlah (berjuanglah pada jalan Allah) dan bergembiralah, sesungguhnya Allah S.W.T. telah menjanjikan kepadaku salah satu daripada dua puak…Demi Allah, seolah-olah sekarang aku melihat kepada kehancuran satu kaum (pihak musuh).”
Rasulullah telah memilih 313 orang untuk dibaiah kan....

Perang Badar Al-Kubra adalah antara peristiwa penting dalam sejarah Islam yang berlaku pada Ramadan. Perang itu berlaku pada tahun kedua Hijrah, menyaksikan pertembungan antara tentera Islam yang disertai 313 orang dengan bala tentera kafir Musyrikin seramai 1,000 orang.Jumlah tentera yang tidak seimbang itu menyebabkan Rasulullah berdoa kepada Allah sambil bermunajat: "Ya Allah! Ya Tuhanku! Perkenankan apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah! Ya Tuhanku! Jika jemaah Islam ini binasa, maka tidak akan ada lagi orang yang akan menyembahMu di bumi ini."

Baginda terus berdoa sehingga selendangnya jatuh daripada bahunya. Lantas datang Abu Bakar As-Siddiq mengambil selendang itu, lalu meletakkannya kembali pada bahu Baginda. Kemudian beliau berdiri di belakang Rasulullah seraya berkata: "Wahai Nabi Allah! Cukuplah doamu itu kepada Allah. Mudah-mudahan Allah akan makbulkan permintaanmu dan akan penuhi janjiNya kepadamu."

Selepas itu, turun wahyu yang bermaksud: "(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhan kamu, lalu Allah perkenankan permohonan kamu (dengan firmanNya): Sesungguhnya Aku akan membantu kamu dengan seribu (bala tentera) daripada malaikat yang datang berturut-turut." - (Surah Al-Anfal 8:9)

Muafakat Asas Perpaduan Ummah.

10 May 2013

BENDERA DAN PANJI-PANJI RASULULLAH S.A.W.


BENDERA DAN PANJI-PANJI RASULULLAH S.A.W



Sejak berkurun lamanya dan sehingga sekarang, setiap negara di dunia akan mempunyai bendera negara masing-masing, sebesar atau sekecil mana sekalipun negara tersebut. Tidakkah ini akan membuatkan kita terfikir atau tertanyatanya – adakah Negara Islam pertama di dunia yang telah ditegakkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam di Madinah mempunyai bendera? Jika ya, bagaimanakah spesifikasi bendera tersebut dan apakah hukum pengambilannya? Jika di zaman Khilafah dulu, anak-anak kaum Muslimin dibesarkan tanpa perlu diajar bahawa bendera umat Islam adalah bendera Rasulullah, kerana itulah apa yang mereka lihat. Namun di zaman ini, anak-anak kita dibesarkan dengan diajar dan dipaksa menerima bahawa bendera kita adalah bendera yang telah ditentukan oleh penjajah, si kafir British. Jadi, tidak hairanlah jika kita atau anak-anak kita tidak mengenali bagaimanakah bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Itulah di antara kejayaan si kafir penjajah. Mereka berjaya membuatkan umat Islam lalai dan terus lupa akan wujudnya bendera Islam yang sebenarnya.


Negara Islam sebenarnya mempunyai bendera (al-liwa’) dan juga panji (ar-rayah). Inilah apa yang telah ditunjukkan olehRasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam semasa tegaknya Daulah Islamiyyah pertama di Madinah al-Munawwarah. Secarabahasanya, bendera dan panji di dalam bahasa Arab disebut ‘alam. Mengikut Kamus al-Muheet, dari akar kata rawiya, arrayahadalah al-’alam, yang jama’nya (plural) disebut sebagai rayaat. Juga disebutkan dari akar kata lawiya bahawa alliwa’ adalah al-’alam, yang jama’nya (plural) disebut sebagai alwiyah. Secara syar’i, syara’ telah menjelaskan bahawa perkataan-perkataan di atas mempunyai maksud dan ciri-ciri yang tertentu iaitu:-


1) Bendera (Liwa’) adalah berwarna putih dan tertera di atasnya kalimah ‘La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah’ dengan warna hitam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Bahawa bendera Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam berwarna hitam, sedangkan panji beliau warnanya putih.” Riwayat Ibnu Abbas yang lain menurut Abi Syeikh denganlafadz, “Bahawa pada bendera Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. tertulis kalimat ‘La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah’. Semasa perang (jihad), bendera ini akan dipegang oleh amir (panglima/ketua) perang. Ia akan dibawa dan menjadi tanda serta diletakkan di lokasi amir tadi. Dalil yang menunjukkan perkara ini adalah perbuatan (af ’al) Nabi Sallallahu‘alaihi wa Sallam sendiri, di mana baginda (sebagai amir), semasa pembukaan kota Makkah telah membawa dan mengibarkan bendera putih bersamanya. Diriwayatkan dari Jabir, “Bahawa Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam memasuki Makkah dengan membawa bendera (liwa’) berwarna putih.” . An-Nasa’i juga meriwayatkan Hadis melalui Anas bahawasemasa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam mengangkat Usama ibn Zaid sebagai amir (panglima) pasukan ke Rom,baginda menyerahkan bendera (liwa’) kepada Usama ibn Zaid dengan mengikatnya sendiri.


2) Panji (Rayah) adalah berwarna hitam, yang tertulis di atasnya kalimah ‘La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah’ dengan warna putih. Hadis riwayat Ibnu Abbas di atas menjelaskan hal ini kepada kita. Semasa jihad, ia dibawa oleh ketua setiap unit (samada Division, Batalion, Detachment ataupun lain-lain unit). Dalilnya adalah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi waSallam, semasa menjadi panglima perang di Khaibar, bersabda, “Aku benar-benar akan memberikan panji (rayah) ini kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, lalu Rasulullah memberikan panji itu kepada Ali.” . Saidina Ali karramallahu wajhah pada masa itu boleh dikatakan bertindak sebagai ketua division ataupun regimen.


Diriwayatkan dari Harits Bin Hassan Al Bakri yang mengatakan, “Kami datang ke Madinah, saat itu dan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam sedang berada di atas mimbar, sementara itu Bilal berdiri dekat dengan beliau dengan pedang di tangannya. Dan di hadapan Rasulullah terdapat banyak rayah (panji) hitam. Lalu aku bertanya: “Ini panji-panji apa?” Mereka pun menjawab: “(panji-panji) Amru Bin Ash, yang baru tiba dari peperangan.”


Dalam riwayat At-Tirmidzi, menggunakan lafadz, “Aku datang ke Madinah, lalu aku masuk ke masjid di mana masjid penuh sesak dengan orang ramai, dan di situ terdapat banyak panji hitam, sementara Bilal –ketika itu- tangannya sedang memegang pedang dekat Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Lalu aku bertanya: “Ada apa dengan orang-orang itu?” Mereka menjawab: “Beliau Sallallahu ‘alaihi wa Sallam akan mengirim Amru Bin Ash ke suatu tempat.” Maksud ungkapan “terdapat banyak rayah (panji) hitam” menunjukkan bahawa terdapat banyak panji-panji yang dibawa oleh para tentera,walaupun amir (panglima perang)nya hanyalah seorang, iaitu Amru Bin Ash. Dalam riwayat An Nasa’i, dari Anas,“Bahawa Ibnu Ummi Maktum membawa panji hitam, dalam beberapa pertempuran bersama Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.”


Hanya terdapat satu bendera putih(AL-liwa)


Hadis-hadis di atas dan banyak lagi hadis-hadis lain menunjukkan kepada kita bahawa itulah ciri-ciri bendera dan panji Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Nas-nas tersebut juga menunjukkan bahawa hanya terdapat satu bendera (liwa’) di dalam satu pasukan, tetapi
boleh terdapat banyak panji (rayah) di dalam setiap unit dalam pasukan yang sama, yang dipegang oleh ketua unit masing-masing.


Wahai kaum Muslimin!


Itulah bentuk, corak dan warna bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Hadis-hadis yang diriwayatkan menggambarkan dengan jelas akan bendera dan panji Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak ada spesifikasi lain selain ini. Yang tertera padanya hanyalah satu kalimah yang Rasulullah diutus kerananya. Kalimah yang telah dibawa dan diperjuangkan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabat. Kalimah yang para pendahulu kita telah syahid kerana mempertahankannya. Dan kalimah inilah yang akan kita ucapkan di kala Izrail datang menjemput. Inilah kalimah tauhid yang menyatukan kita semua tanpa mengira bangsa, warna kulit, sempadan geografi dan sebagainya. Inilah kalimah yang akan menyelamatkan kita dari azab Allah di akhirat nanti. Inilah kalimah yang adapada bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.....kalimah “LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH”!


Bendera Sebagai Syi’ar Islam


Dulu kaum Muslimin hanya hidup untuk Allah dan mati untuk Allah. Mereka benar-benar memahami ayat-ayat Allah bahawa mereka dicipta hanya untuk beribadah kepadaNya. Oleh itu, mereka tidak ragu-ragu untuk menyerahkan nyawa mereka di jalan Allah. Mereka menyertai peperangan demi peperangan untuk menyebarkan risalah Allah dan rahmatNya. Mereka membuka negeri demi negeri untuk menyatukannya ke dalam Daulah Islam. Dalam setiap peperangan dan pembukaan negeri-negeri, mereka tidak pernah lalai dari membawa bendera Rasulullah Sallallahu‘alaihi wa Sallam. Itulah bendera yang mereka warisi dari Nabi mereka dan mereka sanggup mati dengan bendera ditangan. Sebagaimana lagu dan irama, peperangan dan bendera merupakan suatu yang tak dapat dipisahkan.


Di antara peperangan yang begitu mengguris hati kita umat Islam ialah Perang Mu’tah yang berlaku pada bulan JamadilAwal tahun ke-8 H. Di dalam perang ini, Rasulullah menghantar 3,000 pahlawan elit Islam untuk bertempur dengan pasukan Rom. Baginda mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang dan bersabda, “Jika Zaid gugur, maka Ja’far bin Abi Thalib akan menggantikan tempatnya, jika Ja’far gugur, maka Abdullah bin Rawahah akan menggantikan tempatnya.” Pasukan pun berangkat dengan disertai Khalid bin Al-Walid yang baru memeluk Islam setelah Perjanjian Hudaibiyyah. Di dalam perjalanan, mereka telah mendapat maklumat bahawa Malik bin Zafilah telah mengumpulkan 100,000 tentera sementara Heraklius sendiri datang dengan 100,000 tentera. Berita ini menyebabkan pasukan Islam berbeza pendapat samada harus terus berperang atau mengirim utusan untuk meminta bantuan tambahan dari Rasulullah.


Namun Abdullah bin Rawahah terus maju ke hadapan kaum Muslimin dan berkata dengan lantang dan berani, “Wahai sekelompok kaum! Demi Allah! Sesungguhnya apa yang kalian benci justeru itulah yang kalian cari, iaitu syahid! Kita keluar memerangi musuh bukan kerana jumlah atau kekuatan atau berdasarkan bilangan, tetapi kita memerangi mereka demi Deenul Islam, yang Allah telah memuliakan kita dengannya. Oleh itu berangkatlah! Sesungguhnya di tengah kita ada dua kebaikan; menang atau syahid.” Kata-kata ini telah membakar semangat mereka, lalu mereka pun berangkat dengan penuh keimanan untuk menggempur musuh semata-mata kerana Allah. Maka terjadilah peperangan di tempat yang bernama Mu’tah, di mana di tempat inilah Allah telah membeli beberapa jiwa kaum Muslimin untuk dibayar dengan syurgaNya.


Sejumlah 3,000 pasukan Islam berjuang habis-habisan melawan 200,000 tentera musuh. Satu nisbah yang tidak masuk aqal jika difikirkan secara logik. Tetapi itulah hakikat umat Islam, umat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’aladan dibantu oleh Nya pada setiap peperangan. Umat yang hidup di dunia ini hanya untuk Allah. Zaid bin Haritsah yang merupakan panglima perang terus maju menggempur pasukan musuh dengan membawa bendera Nabi Sallallahu ‘alaihiwa Sallam di tangan. Akhirnya sebatang tombak menembusi tubuhnya dan beliau terus gugur. Bendera segera diambil oleh Ja’far bin Abi Thalib, seorang pemuda yang baru berusia 33 tahun. Ketika musuh telah mengepung kudanya dan mencederakan tubuhnya, Ja’far justeru turun dan terus menuju ke tengah-tengah musuh menghayunkan pedangnya.Tiba-tiba seorang tentera Rom datang dan berhasil memukulnya dari arah tepi. Pukulan itu menyebabkan tubuh Ja’far terbelah dua dan beliau terus syahid menemui Tuhannya. Bendera lalu disambar oleh Abdullah bin Rawahah dan terus dibawa dengan menunggang kuda menuju ke tengah musuh. Beliau juga turut syahid menyusuri kedua-dua sahabatnya. Bendera lalu diambil oleh Tsabit bin Arqam seraya menjerit, “Wahai kaum Muslimin! Berkumpullah di sekeliling seseorang.” Lalu kaum Muslimin pun berkumpul mengelilingi Khalid bin Al-Walid dan bendera Nabi terus diserahkan kepada Khalid yang kemudian terus mengetuai pasukan.


Wahai kaum Muslimin!


Begitulah secebis kisah perjuangan golongan awal yang merupakan generasi terbaik umat Islam dengan membawa bendera Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam. Bendera yang menjadi rebutan para sahabat untuk memegangnya di setiap peperangan. Bendera yang menyaksikan berapa ramai sahabat telah syahid demimempertahankannya. Bendera yang dipegang erat oleh para sahabat agar ia tidak jatuh mencecah bumi. Bendera yang benar-benar dipertahankan oleh para pemimpin dan pejuang dari kaum Muslimin yang mulia sebagai syi’ar Islam. Bendera yang bagi setiap orang yang mengucap syahadah, ia sanggup mati kerananya di dalam setiap perjuangan,semata-mata kerana Allah. Inilah bendera kalian wahai saudaraku. Inilah bendera kita, umat Muhammad yang dimuliakan!

ADMIN -KAI-

Muafakat Asas Perpaduan Ummah.

02 May 2013

Sunnah dan Hadis Nabi: Kelebihan Ayat Kursi


Bismillaah ar-Rahman ar-Raheem

Allahu la illaha illa huWal Hayyul Qayyum
La te huzuhu sinetun wala nawmun
Lahu ma fissemawati wa ma fil'ardi
Men thallathiy yeshfe'u indehu illa biznih
Ya'lemu ma beyne eydiyhimwa ma halfehumwa la yuhiytunebishey'in min ilmihiilla bima sha-a wasia kursiyyuhu semavati wal'ard
Wa la yeuduhu hifzuhuma wa hu wal aliy ul aziym

Dengan name Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang
Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); 

tidak
mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. 

Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Allah mengetahui apa yang di depan dan di belakang mereka 
dan mereka tidak mengetahui apa pun daripada ilmu
Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. 

Kursi* Allah meliputi langit dan bumi. 
Dan Allah tidak merasa berat memelihara kedua-duanya dan Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar


(al-Baqarah: 255).
*Kursi = kerajaan,batas pemerintahan

Dari Anas bin Malik r.a. berkata, 

"Rasulullah S.A.W bersabda : Apabila seseorang dari umatku membaca ayat Kursi 12 kali, kemudian dia berwuduk dan mengerjakan solat subuh, nescaya Allah akan menjaganya dari kejahatan syaitan dan darjatnya sama dengan orang yang membaca seluruh al-Qur'an sebanyak tiga kali, dan pada hari kiamat ia akan diberi mahkota dari cahaya yang menyinari semua penghuni dunia."
Berkata Anas bin Malik, "Ya Rasulullah, apakah hendak dibaca setiap hari?
"Sabda Rasulullah S.A.W, " Tidak, cukuplah membacanya pada setiap hari Jumaat."

Fadhilat ayat Kursi selainnya:
* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Sesiapa pulang ke rumahnya serta membaca ayat Kursi, Allah hilangkan segala kefakiran di depan matanya".

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Umatku yang membaca ayat Kursi 12 kali pada pagi Jumaat, kemudian berwuduk dan sembahyang sunat dua rakaat, Allah memeliharanya daripada kejahatan syaitan dan kejahatan pembesar."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Orang yang selalu membaca ayat Kursi dicintai dan dipelihara Allah sebagaimana DIA memelihara Nabi Muhammad."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Mereka yang beramal dengan bacaan ayat Kursi akan mendapat pertolongan serta perlindungan Allah daripada gangguan serta hasutan syaitan."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Pengamal ayat Kursi juga, dengan izin Allah, akan terhindar daripada pencerobohan pencuri. Ayat Kursi menjadi benteng yang kuat menyekat pencuri daripada memasuki rumah."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Mengamalkan bacaan ayat Kursi juga akan memberikan keselamatan ketika dalam perjalanannya."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Ayat Kursi yang dibaca dengan penuh khusyuk, insya-Allah, boleh menyebabkan syaitan dan jin terbakar."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Jika anda berpindah ke rumah baru maka pada malam pertama anda menduduki rumah itu eloklah anda membaca ayat Kursi 100 kali, insya-Allah mudah-mudahan anda sekeluarga terhindar daripada gangguan lahir dan batin."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Barang siapa membaca ayat Al-Kursi apabila berbaring di tempat tidurnya, Allah mewakilkan 2 orang Malaikat memeliharanya hingga subuh."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu, ia akan berada dalam lindungan Allah hingga sembahyang yang lain."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang, tidak menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut, dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, Allah memelihara akan dia ke atas rumahnya, rumah jirannya & ahli rumah2 di sekitanya."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap-tiap sembahyang Fardhu, Allah menganugerahkan dia hati-hati orang yang bersyukur perbuatan2 orang yang benar, pahala nabi2 juga Allah melimpahkan padanya rahmat."

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya, mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.

* Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud : "Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang Allah azza wa jalla akan mengendalikan pengambilan rohnya dan ia adalah seperti orang yang berperang bersama nabi Allah sehingga mati syahid."

Allahuakbar!

Admin : KAI

Muafakat Asas Perpaduan Ummah.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...